BEKAM DALAM PANDANGAN DOKTER

Penyakit TBC sembuh dengan Terapi BEKAM

Tiga tahun yang lalu saya didiagnosis oleh dokter yang menangani bahwa saya terkena TBC paru. Kondisi badan saya saat itu sangat kurus, terlalu kurus dan jauh dari normal. Berat badan turun drastic hingga sekitar 20 kg. benar-benar tinggal kulit dan tulang. Kekuatan badan juga habis, tak mampu berjalan, tak mampu bergerak dan hanya tergolek di atas tempat tidur.

Selama empat bulan saya minum obat dari dokter, sebanyak 4 jenis, yang setiap hari harus dikonsumsi tiga kali. Tak sedikit pun saya tidak merasakan perubahan, apalagi kesembuhan. Kalau begini terus keadaannya, tanpa ada perubahan, tanpa ada kesembuhan, walaupun sudah ditangani dokter, lalu apa gunanya obat-obat yang setiap hari saya tenggak tiga kali? Saya terus bertanya-tanya dalam hati. Sampai kapan keadaan saya ini akan bertahan? Apakah saya akan terus-menerus tidur seperti bayangan mayat hidup? Tapi adakah cara kesembuhan selain dari dokter? Maka saya niatkan bersama keluarga, entah bagaimana caranya untuk mencoba pengobatan alternatif lain.

Suatu hari saya dibawa keluarga untuk berobat kepada seorang “kiyai” yang memang dikenal sebagai ahli pengobatan. Oleh bapak kiyai itu saya dipijat dan disuruh mandi dengan air yang sudah dicampur dengan beberapa macam kembang. Hasilnya nihil, nol persen tanpa sedikit pun perubahan.

Kami tidak putus asa. Lalu kami mendatangi “kiyai” lain. Saya dianjurkan untuk menghentikan semua obat dari dokter dan diharuskan minum jamu yang diramu sendiri oleh Bapak “kiyai” tersebut. Terus terang, anjuran ini sangat berat untuk saya penuhi, karena sepertinya saya masih menaruh harapan kesembuhan pada dokter dan obat-obat darinya, meskipun sebenarnya juga tidak ada perubahan. Ada pertentangan batin. Kalau saya berhenti minum obat dari dokter, berarti saya hraus mengandalkan kesembuhan secara total kepada “kiyai” yang menangani saya kali ini. Tapi kalaulah pengobatan “kiyai” ini tidak menghasilkan kesembuhan, lalu apa yang harus saya lakukan, sementara obat dari dokter juga saya hentikan? Karena keinginan yang kuat untuk mendapatkan kesembuhan, akhirnya saya putuskan, meskipun dengan berat hati untuk mengikuti saran pak kiyai, obat dari dokter saya hentikan secara total. Ternyata memang ada perubahan, nafsu makan saya meningkat dan berat badan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Tentu saja keluarga sangat senang melihat perubahan yang saya alami ini. Bahkan teman saya yang sudah divonis terkena tumor getah bening oleh dokter, juga datang ke kiyai itu dan berhasil mendapatkan kesembuhan.

Namun seiring dengan kesembuhan yang saya alami, ada gangguan yang sangat mengganggu aktifitas saya. Tepatnya setelah delapan bulan saya berobat ke kiyai itu, tiba-tiba saya selalu buang air besar. Saya pikir ini hanya gejala diare biasa seperti karena salah makan atau sebab lainnya yang biasa-biasa saja. Tapi nyatanya buang air besar ini terus-menerus saya alami, tidak dapat ditahan sama sekali, sehingga cukup sering kotoran keluar dan membasahi celana.

Kembali saya terbaring di tempat tidur. Karena tidak ada perubahan, saya dibawa ke rumah sakit. Hasil laboratorium, selain TBG paru masih ada, usus saya dinyatakan bermasalah. Maka saya diberi obat lagi, empat macam untuk TBC paru ditambah lagi dua obat untuk usus. Jadi enam macam obat harus saya telan tiga kali sehari. Makanan tidak bisa masuk dan hanya minum saja. Badan lemas serasa tidak punya otot. Tentu saya bingung bercampur gundah menghadapi kondisi seperti ini.

Enam bulan sudah berlalu. Enam macam obat tetap saya tenggak setiap hari tiga kali. Bukannya kesembuhan yang saya peroleh, tapi justru keadaan saya semakin parah dan drop. Bingung, gundah, gelisah, pikiran entah kemana tak menentu. Saya seperti sudah berdiri di antara tonggak-tonggak batu nisan. Saya putus asa. Keluarga juga tak habis bingungnya.

Entah bagaimana mulanya, tiba-tiba ingatan saya seolah digiring kepada sosok Rasulullah dan metode pengobatan beliau yang disebut bekam. Bukankah bekam berasal dari sabda beliau, yang berarti merupakan metode pengobatan yang tidak perlu diragukan keampuhannya? Ketika ingatan saya digiring kepada metode bekam ini pun saya sudah merasakan kesenangan dan seolah-olah di depan mata sudah kuraih kesembuhan. Saya seperti bangkit dari tidur yang sangat panjang dan melelahkan. Maka saya putuskan untuk melakukan pengobatan bekam.

Setelah dibekam, saya diberi herbal habbatus-sauda’, madu dan VCO. Tapi belum genap sebulan saya diterapi dengan bekam, dengan keadaan yang semakin hari semakin membaik, tiba-tiba suatu hari saya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perut. Kalau sebelumnya saya selalu buang air besar, justru saat itu saya tidak bisa buang air besar, termasuk pula air kecil. Kembali saya dibawa ke rumah sakit untuk kesekian kalinya. Secara diam-diam meskipun saya dibawa ke rumah sakit, saya tetap mengkonsumsi habbah sauda’ atau jinten hitam. Saya tak habis pikir, mengapa saya sakit lagi? Saya takut jika harus opname di rumah sakit. Ternyata saya tidak lama di rumah sakit. Esoknya saya boleh pulang karena keadaan saya sudah normal kembali, buang air besar juga normal. Saya yakin ini semua karena habbah sauda’ dan bekam. Semenjak saat itu keadaan saya semakin membaik dan normal seperti sebelum sakit. Alhamdulillah saat testimony ini saya tulis, saya sudah tidak lagi buang air besar, kehidupan saya benar-benar menjadi normal. Saya selalu membatin, masak mahasiswa pake pembalut seperti balita?

Ketika teman-teman saya melihat keadaan saya yang benar-benar normal kembali seperti sedia kala, mereka pun ikut-ikutan meminta terapy bekam. Segala puji bagi Allah karena telah menuntun saya kepada metode pengobatan Nabi-Nya. Jika tidak, saya tidak tahu apa yang terjadi dengan diri saya dan bagaimana masa depan saya.
 

No comments:

Post a Comment

Terasa kurang lengkap kalau tidak meninggalkan komentar tentang blok kami ini, mana tau ada yang perlu dibenahi